ETIKA PROFESI
Nama:
ABDUL ROKHMAN
Npm
: 20414047
Kelas
: 4IC03
Organisasi
struktur dalam membuat keputusan
Definisi Pengambilan
Keputusan
Pengambilan keputusan
dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau
kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa
alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi)
atau suatu opini terhadap pilihan.
Definisi Pengambilan
Keputusan Menurut Para Ahli :
·
Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang
ada.
·
Menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
cepat.
·
Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses
yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah suatu cara yang
digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu
masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua
pihak.
Dasar Pengambilan
Keputusan
Menurut George R.Terry
dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang
dapat digunakan yaitu :
1. Intuisi
Pengambilan keputusan
yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga
mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini
mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan
berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena
pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan
untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki
banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi,
peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
3. Fakta
Pengambilan keputusan
berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan
fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih
tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu
dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan
berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau
orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki
kelebihan dan kekurangan.
5. Logika/Rasional
Pengambilan keputusan
yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur
pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan
yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis,
lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas
kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai
dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
·
Kejelasan masalah
·
Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
·
Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya
dan konsekuensinya
·
Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai
criteria
·
Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas
hasil ekonomis yang maksima.
Jenis
– Jenis Keputusan Organisasi
Jenis keputusan dalam
sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan
untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi harus dapat
melibatkan dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi mana keputusan
tersebut difokuskan.
Secara garis besar
jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
-. Keputusan Rutin
Keputusan Rutin adalah
Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya telah
dikembangkan untuk mengendalikannya.
-. Keputusan tidak
Rutin
Keputusan tidak Rutin
adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Menurut John D.Miller dalam Imam Murtono
(2009) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menjelaskan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis
kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan
kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.
Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan
keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan
dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil
melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam
banyak keadaan individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau menilai
keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi
oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang
berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan
dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu
orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu
filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil
keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara
politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan
kecakapan dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi
ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan
dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil
tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan
menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan
walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah
ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si
pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu
strategi atas strategi lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :
1. Posisi
atau kedudukan. Dalam mengambil suatu keputusan posisi atau kedudukan
sangat menentukan yaitu apakah posisi seseorang itu masuk ke dalam pembuat
keputusan(decision maker), penentu keputusan (decision taker) atau karyawan (staff) karena dari penentuan posisi inilah
kemudian dapat ditentukan bagian apa yang harus dikerjakan pada posisinya
masing-masing sehingga keputusan yang diambil bisa tepat.
2. Masalah. Masalah merupakan suatu penghalang
untuk tercapainya suatu tujuan, jadi dalam mengambil suatu keputusan harus
benar-benar dipahami masalah yang sedang dihadapi sehingga kita bisa mengambil
keputusan yang tepat dan juga suatu tujuan dapat tercapai.
3. Situasi. Situasi merupakan keseluruhan
faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain dan yang secara
bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita
perbuat.
4. Kondisi. Kondisi adalah keseluruhan dari
faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau
kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber
daya-sumber daya.
5. Tujuan. Tujuan yang hendak dicapai baik
tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan
usaha yang pada umumnya telah ditentukan. Tujuan yang ditentukan dalam
pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
1. Kognisi,
artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan
menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll.
2. Motif,
suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan
mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran
3. Sikap,
Bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana
emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.
Implikasi manajerial
Implikasi Manajerial
Menurut kamus besar Bahasa
Indonesia, kata Implikasi berarti akibat. Kata Implikasi sendiri dapat merujuk
ke beberapa aspek yaitu salah satunya
yang dibahas saat ini
adalah manajerial atau manajemen
Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu :
1. Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
2. implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.
Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu :
1. Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
2. implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.
Teori Managerial Grid
Teori dikemukakan oleh
Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam
kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada
dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang
didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu
Improvised artinya
pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas
tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
Country Club artinya
kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya
perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana
organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
Team yaitu
kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung
kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen.
Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling
memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan
penghargaan.
Task artinya pemimpin
memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi.
Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
Midle Road artinya
kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan
hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi
dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara
moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Implikasi Terhadap
Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam teori manajerial
grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada manusia
dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan antar individu
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang
pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya,
sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini
terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang
pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang
berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek tersebut
menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan hubungan
antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan tugas.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan baik
itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset berharga
organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan
perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut Blake dan
Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai.
Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua kepentingan yaitu
pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team berasumsi bahwa
orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh kesempatan untuk
melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam kepemimpinan gaya team
terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan
keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil
yang terbaik yang mungkin dapat Teori X dan Y
Teori ini dikemukakan
oleh Douglas Mc. Gregor (1967), yang memiliki pandangan berbeda mengenai
manusia yaitu pada dasarnya manusia bersifat negative (Teori X), dan bersifat
positif (Teori Y). Mc. Gregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang manajer
tentang sifat manusia didasarkan pada pengelompkkkan asumsi tertentu dan
manajer tersebut cenderung membentuk perilakunya terhadap bawahan sesuai dengan
asumsi tersebut. Dalam teori X, terdapat empat asumsi, diantaranya :
Bawahan tidak suka
bekerja dan bilamana mungkin, akan berusaha menghindarinya
Karena bawahan tidak
suka bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman
Bawahan akan
mengellakkan tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal
Kebanyakan bawahan
mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alasan untuk dipecat) dan hanya
menunjukkan sedikit ambisi
Sedangkan, dalam teori
X diasumsikan bahwa :
Bawahan memandang
bahwa pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain
Seseorang yang
memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian diri
Seseorang yang
biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab
Kreativitas yaitu
kemampuan untuk membuat keputusan yang baik (pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab)
Impilkasi Terhadap
Sistem Komunikasi Organisasi
Teori ini memusatkan
bagaimana seorang pemimpin memotivasi orang-orang dengan tipe X dan Y sehingga
mampu berkontribusi dalam organisasi. Tipe X yang cenderung malas bekerja dan
menyukai diperintah, mungkin akan membuthkan saluran komunikasi yang formal,
dimana pemimpin menginstruksikan berbagai perintah secara formal. Berbeda
dengan tipe Y, antara pemimpin dengan bawahan akan lebih sering berkomunikasi
secara informal atau partisipatif. Hal ini dilakukan karena kedua belah pihak
sudah saling memahami dan bawahan memiliki pengalaman yang sudah baik.
Motivasi yang diberikan
kepada tipe X, mungkin akan cenderung dengan oemberian hukuman yang tegas,
sehingag berbagai peraturan tertulis sebagai media komunikasi akan sangat
dibutuhkan. Sedangkan untuk tipe X, komunikasi akan sangat mempengaruhi karena
motivasi yang diberikan lebih cenderung kepada aktualisasi diri untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam organisasi.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar