Gandrung dengan pandangan hidupnya
sang penari gandrung pastinya ingin
mewujudkan cita-cita dan hidup yang jauh lebih baik lagi. namun pada
dasarnya cita-cita adalah apa yang diinginkan dan mungkin dapat dicapai
dengan usaha dan perjuangan.
tujuan yang dikendaki tentunya dengan kerja keras yang dilandasi oleh keyakinan dan kepercayaan.
Penari gandrung tentunya mempunyai
pandangan hidup sesuai dengan kenyataan apa yang ada dikarenakan
kehidupanya seorang wanita gandrung yang sering dipanggil dengan sebutan
gendrung "semi".
seorang anak kecil yang masih berusia 10 tahun,waktu itu semi menderita penyakit yang cukup parah.
segala cara sudah dilakukan hingga kedukun,namun semi pun tak kunjung sembuh,sehingga ibu semi bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi).
Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan sseblang (penari) sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.
Tradisi
gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik
perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama
panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero
Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat.
Tari
gandrung adalah tari yang dibawakan oleh dua orang perempuan dan
biasanya diiringi oleh gamelan.Tari Gandrung memiliki ciri khas,mereka
menari dengan kipas dan ketika penari menyentuh kipasnya kepada salah
satu penonton biasanya laki – laki dan di ajak untuk menari.
Sebelum
menari para penari harus melakukan beberapa ritual seperti ritual
sesajenan dengan menggunakan beberapa bebungaan juga 7 macam ketan dan
penari di tutupi kain putih hal tersebut harus dilakukan karena sang
penari mengungkapkan rasa syukur dan agar mendapat restu dari nenek
moyang gandrung sebelumnya.
Namun Dilain pihak, Penari gandrung mendapatkan tekanan kultural dan
struktural. tekanan kultural yang dinilai oleh masyarakat sebagai
profesi yang nista dan kotor adalah penari penghibur. Pelaku darinya
dianggap tak bermoral dan sampah masyarakat. Masyarakat, pada umumnya,
menganggap bahwa dalam diri penari gandrung tidak terlintas sedikitpun nilai positif, beberapa
sebabnya adalah dikhawatirkan ketika sang penari mendapat kan lawan
tari (pengunjung) yang mabuk bisa terjadi pelecehan seksual, sang penari
harus selalu melayani pengunjung selama pengunjung masih ada yang ingin
menari, terkadang penari sendiri diejek oleh masyarakat sekitar dan
lain sebagainya.
Karena
pandangan negatif itulah serta beberapa faktor lainnya yang
mengakibatkan Tari Gandrung semakin sepi peminatnya. Maka dari itu
segala upaya untuk melestarikan kebudayaan asli indonesia ini dilakukan
secara modern dan merubah pandangan orang terhadap segala keburukan dari
Tari Gandrung yang ada, yaitu dengan cara menganggap Tari Gandrung
hanyalah tarian biasa dengan artian begini diambil cara-cara bagaimana
Tari Gandrung tersebut dan melepas kebiasaan “melayani pengunjung” dan
menganggap Tarian Gandrung sebagai ajang melestarikan budaya Indonesia,
misalnya perlombaan tarian, untuk menyambut turis/acara internasional.
Dengan tujuan tersebut sekarang ini banyak SMA / SMK di indonesia ada
pelajaran Tari yang dimaksudkan untuk mengajari bagaimana tarian tersbut
dilakukan tetapi tidak untuk tujuan negatif seperti yang di pandangkan
sebelumnya dan ternyata cukup berhasil ada beberapa penari-penari baru
lahir dari SMA/ SMK dan dengan pandangan yang lebih positif dan baik
tentunya.
sumber :
http://mestirahmawati.blogspot.com/2013/11/pandangan-tentang-si-penari-gandrung.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar