Teknik Perawatan Mesin
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Perawatan Mesin
Perawatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh semua orang dari semua aktifitas yang funsgsinya untuk menjaga kualitas peralatan agar berfungsi dengan baik dan dapat beroperasi seperti sebelumnya. Oleh karena itu, perawatan dan perbaikan dalam mesin uap ( boiler ) sangat perlu dilakukan apabila komponen- komponen mesin yang mengalami kerusakan tiba-tiba akan mengakibatkan aktifitas atau operasi mesin tidak berjalan dengan normal dan akan mengakibatkan kerugian besar pada pabrik.
Perawatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh semua orang dari semua aktifitas yang funsgsinya untuk menjaga kualitas peralatan agar berfungsi dengan baik dan dapat beroperasi seperti sebelumnya. Oleh karena itu, perawatan dan perbaikan dalam mesin uap ( boiler ) sangat perlu dilakukan apabila komponen- komponen mesin yang mengalami kerusakan tiba-tiba akan mengakibatkan aktifitas atau operasi mesin tidak berjalan dengan normal dan akan mengakibatkan kerugian besar pada pabrik.
Dalam hal perawatan (Maintenance)
sering digunakan karena sangat erat hubungannya. Maksud dari maintenanc
ini adalah perawatan sebagai aktifitas yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
kerusakan, dan juga perbaikan sering diartikan sebagai tindakan untuk memperbaiki
kerusakan pada mesin itu.
1.2 Manajemen Perawatan
Menurut Supandi dalam bukunya
“Manajemen Perawatan Industri” (1989), pengertian manajemen perawatan adalah
pengorganisasian operasi perawatan untuk memberikan pandangan umum mengenai
perawatan, fasilitas industri atau dapat juga diartikan sebagai mana mengatur
atau mengelola program perawatan sebaik-baiknya sehingga mencapai tujuan usaha
yang lebih baik dan optimal.
1.3 Tujuan Umum Manajemen Perawatan
Dapat kita lihat dari segi manajemen perawatan, maka
sistem perawatan ini dapat dibagi menjadi dalam dua cara:
- Perawatan yang direncanakan yaitu pengorganisasian pekerjaan perawatan yang dilakukan dengan pertimbangan di masa depan.
- perawatan yang tidak direncanakan yaitu pekerjaan perawatan perencanaan serta penjadwalan kerja
BAB 2. TEKNIK PERAWATAN MESIN DI INDUSTRI
Secara skematik, program perawatan di dalam suatu industri bisa dilihat
pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.1 Peranan Program perawatan sebagai pendukung
aktivitas produksi.
Secara
umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan dapat dibagi menjadi
dua cara :
- Perawatan yang direncanakan (Planned Maintenance). Pengorganisasian pekerjaan perawatan yang dilakukan dengan pertimbangan ke masa depan, terkontrol dan tercatat.
- Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned Maintenance). Cara pekerjaan perawatan darurat yang tidak direncanakan (Unplanned emergency maintenance).
2.1 Bentuk-Bentuk
Perawatan
Berdasarkan dari pelaksanaan perawatan dapat di bagi dalam beberapa kelompok, yaitu Perawatan yang
dierncanakan secara berkala dengan ketentuan pemeliharaan yang dilakukan secara
berulang dan teratur. Suatu perawatan yang direncanakan sebelumnya.
Gambar 2.2 Hubungan antara bentuk-bentuk perawatan
.Macam-macam
bentuk perawatan adalah sebagai berikut :
Perkerjaan yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan,atau cara perawatan yang
direncanakan untuk pencegahan (preventif).
Pekerjaan yang
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas sehingga mencapai standar yang diterima.
Perawatan ini termasuk kedalam cara perawatan yang direncanakan untuk
perbaikan.
C. Perawatan Berjalan (Running Maintenance)
Pekerjaan
perawatan yang dilakukan pada fasilitas atau perawatan dalam saat bekerja.
Perawatan berjalan termasuk cara perawatan yang direncanakan untuk diterapkan
pada peralatan pada saat sedang operasi.
Perawatan
prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun
fungsi dari sistem peralatan. Perawatan prediktif biasanya dilakukan
dengan bantuan panca indra atau dengan alat monitor yang cangih.
Untuk engine
yang sedang beroperasi tidak dapat dilakukan proses perawatan ini. Perawatan yang dapat dilakukan pada saat engine tidak beroperasi. Perawatan ini
dapat dilakukan pada waktu yang direncanakan.
F. Perawatan Setelah
Terjadi Kerusakan (Breakdown Maintenance)
Perawatan ini biasanya dilakuakan
setelah terjadi kerusakan dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku
cadang , material, peralatan dan tenaga kerjanya.
Pekerjaan
perawatan dan perbaikan yang segera dilakukan karena kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga
BAB 3. DEPARTEMEN ORGANISASI PERAWATAN MESIN
Dalam pengorganisasian pekerjaan perawatan, perlu
diselaraskan secara tepat antara faktor-faktor keteknikan, geografis dan
situasi personil yang mendukung.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan
departemen perawatan adalah:
a.
Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan perawatan akan menentukan
karakteristik pengerjaan dan jenis pengawasan. Jenis-jenis pekerjaan perawatan
yang biasanya dilakukan adalah : sipil, permesinan, pemipaan, listrik dan
sebagainya.
b.
Kesinambungan Pekerjaan
Jenis pengaturan pekerjaan yang dilakukan di suatu
perusahaan/industri akan mempengaruhi jumlah tenaga perawatan dan susnan organisasi
perusahaan. Sebagi contoh, untuk pabrik yang melakukan aktifitas pekerjaan lima
hari kerja seminggu dengan satu shift, maka program perawatan preventif dapat
dilakukantanpa menganggu kegiatan produksi dimana pekerjaan perawatan bisa
dilakukan diluar jam produksi. Berbeda halnya dengan aktifitas pekerjaan
produksi yang kontinyu ( 7 hari seminggu, 3 shift sehari) maka pekerjaan
perawatan harus diatur ketika mesin sedang berhenti beroperasi.
c.
Situasi Geografis
Lokasi pabrik yang terpusat akan mempunyai jenis
program perawatan yang berbeda jika dibandingkan dengan lokasi pabrik yang
terpisah-pisah. Sebuah pabrik besar dan bangunannya tersebar akan lebih baik
menerapkan program perawatan lokal masing-masing (desentralisasi), sedangkan
pabrik kecil atau lokasi bangunannya berdekatan akan lebih baik menerapkan
sistem perawatan terpusat (sentralisasi).
d.
Ukuran Pabrik
Pabrik yang besar akan membutuhkan tenaga perawatan
yang besar dibandingkan dengan pabrik yang kecil, demikian pula halnya bagi
tenaga pengawas.
e.
Ruang lingkup bidang perawatan pabrik
Ruang lingkup pekerjaan perawatan ditentukan menurut
kebijaksanaan manajemen. Departemen perawatan yang dituntut melaksanakan fungsi
primer dan sekunder akan membutuhkan supervisi tambahan, sedangkan departemen
perawatan yang fungsinya tidak terlalu luas akan membutuhkan organisasi yang
lebih sederhana.
f.
Keterandalan tenaga kerja yang terlatih
Dalam
membuat program pelatihan, dipertimbangkan terhadap tuntutan keahlian dan
keandalan pada masing-masing lokasi yang belum tentu sama.
3.1
Prinsip-prinsip Organisasi Departemen Perawatan
a.
Perencanaan organisasi yang logis
Bertujuan untuk mencapai tujuan produksi :
1. Ongkos
perawatan untuk setiap unit produksi diusahakan serendah mungkin
2. Meminimumkan
bahan sisa atau yang tidak standar
3. Meminimumkan
kerusakan peralatan yang kritis
4. Menekan
ongkos perawatan peralatan yang non-kritis serendah mungkin
5. Memisahkan
fungsi administratuf dan penunjang teknik.
b.
Fasilitas yang memadai:
1. Kantor :
lokasi yang cocok, ruangan dan kondisi ntempat kerja yang baik.
2. Bengkel :
tempat pekerjaan, lokasi bangunan, ruangan dan peralatan.
3. Sarana
komunikasi : telepon, pesuruh dll.
c.
Supervisi yang efektif
Diperlukan dalam mengelola pekerjaan, dimana :
1. Fungsi dan
tanggung jawab jelas
2. Waktu yang
cukup untuk melaksanakan pekerjaan
3. Latihan
khusus untuk memenuhi kecakapan
4. Cara untuk
menilai hasil kerja
d.
Sistem dan kontrol yang efektif :
1. Jadwal waktu
pelaksanaan pekerjaan
2. Kualitas
hasil pekerjaan perawatan
3. Ketelitian
pekerjaan perawatan (tidak terjadi over maintenance)
4. Penampilan
kerja tenaga perawatan
5. Biaya
perawatan.
Berikut diberikan sebuah bentuk struktur organisasi departemen perawatan
di industri.
Gambar 3.1
Contoh Struktur Organisasi Departemen Perawatan di Industri
3.2 Ruang
Lingkup Perawatan Mesin
Walaupun secara praktis lingkup dari aktivitas pada bagian perawatan
mesin adalah berbeda di dalam tiap-tiap pabrik dan terlampau banyak dipengaruhi
oleh ukuran pabrik, tipe, policy perusahaan, luas serta kondisi awal
perusahaan, itu semua memungkinkan terkelompoknya ke dalam aktivitas-aktivitas
yang secara umum diklasifikasikan sebagai fungdi primer dan fungsi sekunder,
sekalipun tetap dibenarkan bahwa tidak semua organisasi perawatan mesin terdiri
dari dua kelompok tadi.
Fungsi-fungsi
primer diantaranya menyangkut :
- Pengawasan dan pelumasan perawatan serta eksistensinya.
- Penyedian onderdil dan kebutuhan bahan untuk perawatan mesin sedang.
Fungsi-fungsi
sekunder diantaranya menyangkut :
- Pengamanan
- Administrasi asuransi
- Pencegahan polusi udara, suara.
Fungsi Primer
Pengawasan dan pelumasan peralatan
serta eksistensinya. Dalam aktivitasnya ini pelumasan dan perbaikan mesin
secara berkala adalah sangat besar peranannya guna tetap menjamin optimalnya
operasi mesin sesuai dengan kemampuannya semula.
Dalam hubungan ini pula perlu dilakukan
juga check-up sesaat, khususnya untuk menghindari tidak bias beroperasinya
mesin, terutama pada saat sebelum start sebagai contoh check-up level (air,
accu, olie mesin) busi walaupun tidaklah bias disebut dalam perawatan
pencegahan.
Fungsi Sekunder
Didalam pabrik terbedakan antara
gudang mesin dan gudang umum. Demikian pula tentunya untuk :
1.
Pengamanan
Khususnya di
dalam rangka mengupayakan keamanan, maka pemindahan bahan dan besarnya operasi
adalah sangat berpengaruh terhadap organisasinya.
2. Administrasi Asuransi
Yang
termasuk katagori ini diantaranya : klaim, proses-proses peralatan dan control
tekanan kerja ketel bertekanan, serta rekomendasi asuransinya sendiri.
3. Pencegahan polusi udara dan suara
Secara internal polusi bisa berakibat merosotnya produktivitas
pabrik, sedang secara external bahwa polusi bisa merugikan kepentingan
masyarakat sekeliling pabrik. Untuk hal ini pemerintah RI telah memiliki
undang-undang lingkungan : Pencemar membayar sebagaimana tertuang di dalam PP
26 tahun 1986.
Refrensi :
Handbook Manajemen Pemeliharaan Mesin Universitas Darma Persada
Ir. Soeharto, 1991, Manajemen Perawatan Mesin, Jakarta : PT Rineka Cipta
ft.unsada.ac.id/wp-content/uploads/2008/04/bab1-2rwt.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar